Sabtu, 22 Juli 2017

TAMAK ADALAH SEBAGAI BIANG KELADI YANG MEMBAWA KEDALAM LEMBAH KEHINAAN






Tamak adalah sebesar-besar cacat dan bencana yang bisa merusak di dalam ibadah. Tamak ini termasuk penyakit hati. Bahkan merupakan pokok daripada segala bencana. Penyebab tamak adalah kerana adanya keragu-raguan terhadap takdir atau ketentuan Allah. Sehingga tidak ragu lagi bahwa orang yang tamak itu berarti telah rusak agamanya.

Orang yang memiliki sifat tamak, hatinya tergonjang-ganjing [tidak senang] hidupnya selalu dikejar-kejar mata dunia, dia ingin menumpuk-numpuk harta benda yang sebanyak mungkin tanpa memperdulikan darimana datangnya harta tersebut apakah dari barang halal ataupun dari barang haram. Akhirnya orang yang demikian ini akan terjerumus kedalam lembah kehidupan, iaitu menjadi budaknya harta benda.

Tamak itu berarti rakus kepada keduniaan. Adapun lawannya adalah wara', iaitu meyakini takdir Allah, menyandarkan dirinya kepada Allah dan memiliki ketenangan hati terhadap Allah.

Orang yang memiliki sifat wara', akan mendapat panggilan Ilahi sebagai hamba Allah yang mendapat kejayaan atau kemulyaan.

Adapun orang-orang yang memiliki sifat tamak akan menerima kehinaan, iaitu sifat orang kafir dan munafiq.

Allah Ta'ala berfirman :


يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ ۚ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ


Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.


Alangkah hinanya orang yang memiliki sifat tamak ini kelak nanti di akhirat, sebab orang tamak ini sama halnya dengan orang kafir dan orang munafiq.

Abu Bakar Al Warraq Al Hakim berkata : " Bila dikatakan kepada tamak, siapakah ayah mu? Tamak menjawab : Ayah ku adalah keragu-raguan di dalam takdir [ketentuan dari Allah]. Bila dikatakan kepadanya lagi : Apakah pekerjaanmu? Tamak menjawab : pekerjaanku adalah mencari kehinaan. Bila ditanyakan kepadanya lagi : Apakah tujuanmu? Tamak akan menjawab : Terhalang, agar tidak mendapat apa-apa".

Sekali waktu Ali bin Abu Thalib berkunjung ke masjid besar Bashrah. Di dalam masjid itu beliau menjumpai banyak penceramah yang memberikan ceramah kepada kaum muslimin. Satu persatu dari penceramah itu beliau uji dengan beberapa pertanyaan. Bila mereka bisa menjawab, selanjutnya boleh memberikan ceramah di dalam masjid tersebut. Tetapi jika tak bisa menjawab, dipersilahkan mereka menghentikan ceramahnya. Maka sampailah beliau kepada seorang bernama Hasan Bashri.

Sayyidina Ali bertanya : "Hai pemuda, saya akan menanyai kamu dari sesuatu perkara. Jika kamu mampu menjawab, maka kamu boleh terus memberikan ceramah di masjid ini. Namun jika kamu tak mampu menjawab, saya akan mempersilahkan kamu untuk menghentikan ceramah kamu di masjid ini untuk selama-lamanya".

Hasan Bashri menjawab : "Silahkan bertanya dari apa saja yang ingin kamu tanyakan".

Sayyidina Ali lalu bertanya : "Apakah yang dapat mengkokohkan agama?"

Hasan Bashri menjawab : "Wara'".

Sayyidina Ali bertanya lagi : "Apakah yang dapat merusak agama?'

Hasan Bashri menjawab : "Sifat tamak".

Setelah benar Hasan Bashri memberikan jawabannya kepada Sayyidina Ali, maka Sayyidina Ali mempersilahkan Hasan Bashri untuk melanjutkan ceramahnya dan memberikan pengajaran agama di masjid besar Bashra.

Dari dialog tersebut dapatlah di ambil kesimpulan bahwa sifat tamak adalah sebagai perusak agama, dan sifat wara' adalah sebagai penegak atau penolong agama.

"Tidak menuntut kepada kamu sesuatu seperti wahm [angan-angan]"

Sesungguhnya wahm atau angan-angan itu merupakan penyebab timbulnya tamak. Kerana seandainya hatinya yakin kepada takdir, pastilah tidak akan tamak. Disebabkan segala sesuatu yang telah dipastikan oleh Allah, pastilah akan terwujud. Sebaliknya segala sesuatu yang tidak dipastikan oleh Allah, tak mungkin akan terwujud.

Angan-angan atau memikirkan sesuatu yang tak berguna yang dapat merusak fikiran kita itu adalah dilarang oleh agama Islam. Orang yang kerjanya selalu mengkhayal yang bukan-bukan memikirkan sesuatu yang berada di luar kemampuan manusia di sebabkan kerana yang demikian ini hatinya belum yakin benar akan takdir Allah.

Seandainya dia yakin dan percaya akan takdir Allah, tentu dia tak akan memiliki sifat tamak. Sebab yang terjadi ini adalah sudah menjadi suratan takdir Allah.

"Kamu merdeka [bebas] dari segala sesuatu yang kamu telah putus daripadanya. Dan kamu tetap menjadi budak bagi segala sesuatu yang kamu tamak kepadanya".

Tamak memang sifat yang jelek lagi tercela. Orang yang tamak kepada sesuatu, berarti dia menjadi hamba sesuatu tersebut. Sebaliknya orang yang tidak tamak, artinya orang yang menerima apa adanya dari takdir Allah, dia pasti bebas, tidak terikat. Orang yang berambisi untuk menduduki sesuatu jabatan yang tinggi, berarti dia akan diperbudak oleh ambisinya tersebut. Dia akan mau saja berbuat apapun demi ambisinya itu. Begitulah sifat orang tamak, sehingga dalam segala hal dia selalu akan diperbudak, tidak dapat bebas dan selalu terikat oleh kemauan tamaknya itu.

Sedangkan orang yang qana'ah/wara' [tidak tamak] akan hidup bebas [tidak terikat] oleh sesuatu pun, sebab dia tidak memiliki ambisi apapun. Dia rela akan kedudukan, harta, ilmu yang dimilikinya. Sebab dia memiliki kepercayaan bahwa ini semua adalah sudah menjadi kepastian Allah yang manusia bagaimanapun tidak mampu untuk merubahnya.

Dalam sebuah sya'ir :

"Menerimalah dan janganlah tamak, maka tidak ada sesuatupun yang bisa memberikan cela terkecuali tamak"

Sampai dalam hal makan pun. Makanan yang dimakan oleh orang yang tamak itu tidak akan membawa berkah. Sedangkan makanan yang dimakan oleh orang yang rela akan bagian Allah [qana'ah] itu akan diberkahi walaupun sedikit jumlahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAKUTLAH DARI ISTIDRAJ ALLAH