Minggu, 23 Juli 2017

TAKUTLAH DARI ISTIDRAJ ALLAH







Takut atau khawatir dari istidraj sewaktu menerima kenikmatan merupakan sifat orang mukmin Sedang tidak adanya rasa kekhawatiran dari istidraj dengan terus menjalankan kemaksiatan disaat-saat menerima kenikmatan merupakan sifat orang-orang kafir.

Allah Ta’ala berfirman :


فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
{Al An’am : 44}


Peristiwa istidraj ini pernah dialami oleh orang-orang kafir yang sama mendustakan ayat-ayat atau 
tanda-tanda kekuasaan Allah. Misalnya terdapat dalam Al Qur’anul Karim :

وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.
{Al A’raf : 182}



Selanjutnya di antara macam-macam istidraj;

“Di antara kebodohan murid [orang yang memiliki kehendak untuk menuju kepada Allah]  ialah buruk budi pekertinya lalu ditangguhkan siksa daripadanya, maka dia berkata : “Seandainya ini termasuk keburukan budi pekerti, pasti sudah diputuskan bantuan Allah dan menyebabkan jauh daripada Allah”. Maka sesungguhnya telah diputuskan bantuan Allah daripadanya hanya saja ia tidak merasa, meskipun hanya berupa tercegahnya tambahan. Dan kadang-kadang dia ditempatkan di tempat yang jauh padahal dia tidak merasa, meskipun tidaklah jauh itu kecuali Allah membiarkan kamu dan apa yang kamu kehendaki


Diantara macam istidraj ialah tiada pengertian seseorang yang buruk budi pekertinya baik kepada Allah maupun kepada lainnya dimana pada saat itu dia sedang dalam keadaan beruntung. Sehingga tiada pengertiannya itu menyebabkan dia berkata : “Ah, seandainya apa yang saya lakukan selama ini merupakan kemaksiatan atau dosa, niscaya Allah akan menghentikan bantuan-NYA atau pasti saya diajukan daripadaNYA”. Ucapan seperti ini merupakan suatu kebodohan kerana sebenarnya Allah telah memutuskan atau mengurangi keberuntungannya, namun dia tidak merasa. Sehingga akhirnya 
pada suatu saat secara tiba-tiba dia akan terhempas dalam kehinaan.


Terputusnya dia dengan Allah atau kedudukannya semakin jauh tapi semua itu dia tidak merasa, maka yang demikian ini adalah merupakan suatu pertanda bahwa dia dihalangi untuk menuju kehadiratNYA. Orang yang demikian ini telah sesat dari jalan kebaikan, yang dalam bahasa al Qur’an didalam artinya sesat.


Diantara tanda-tanda orang yang dihinakan oleh Allah, ada tiga iaitu :

1. Berat dan sukar menjalankan ibadah, padahal dia sudah berusaha bersungguh-sungguh.
2. Mudah terjerumus kedalam maksiat, padahal dia sudah sepenuh hati berusaha meninggalkannya.
3. Tertutupnya pintu hajat kepada Allah sehingga merasa tidak perlu berdo’a dalam segala hal.


Adapun tanda-tanda orang yang mendapat pertolongan dari Allah, ada tiga iaitu :

1. Mudah mengerjakan amal kebaikan padahal dia tidak memiliki niat dan bukan tujuannya.
2. Berusaha melakukan maksiat, namun selalu terhindar daripadanya.
3. Baginya selalu terbuka hajat dan kebutuhannya kepada Allah.


Demikian tanda-tanda orang yang mendapat taufiq dari Allah dan orang yang dihinakan oleh Allah. Kita meski bisa meraba diri, termasuk golongan manakah kita ini. Setelah itu kita bisa meraba pula adakah Allah mengadakan istidraj kepada kita, atau kita termasuk orang yang memang mendapat taufiq daripada Allah. Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAKUTLAH DARI ISTIDRAJ ALLAH