Takut atau khawatir dari istidraj sewaktu
menerima kenikmatan merupakan sifat orang mukmin Sedang tidak adanya rasa
kekhawatiran dari istidraj dengan terus menjalankan kemaksiatan disaat-saat
menerima kenikmatan merupakan sifat orang-orang kafir.
Allah Ta’ala berfirman :
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا
بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا
أُوتُوا أَخَذْنَاهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus
asa.
{Al An’am : 44}
Peristiwa istidraj ini pernah dialami oleh
orang-orang kafir yang sama mendustakan ayat-ayat atau
tanda-tanda kekuasaan
Allah. Misalnya terdapat dalam Al Qur’anul Karim :
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
Dan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka
dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka
ketahui.
{Al A’raf : 182}
Selanjutnya di antara macam-macam istidraj;
“Di antara kebodohan murid [orang yang
memiliki kehendak untuk menuju kepada Allah] ialah buruk budi pekertinya lalu
ditangguhkan siksa daripadanya, maka dia berkata : “Seandainya ini termasuk
keburukan budi pekerti, pasti sudah diputuskan bantuan Allah dan menyebabkan
jauh daripada Allah”. Maka sesungguhnya telah diputuskan bantuan Allah
daripadanya hanya saja ia tidak merasa, meskipun hanya berupa tercegahnya
tambahan. Dan kadang-kadang dia ditempatkan di tempat yang jauh padahal dia
tidak merasa, meskipun tidaklah jauh itu kecuali Allah membiarkan kamu dan apa
yang kamu kehendaki
Diantara macam istidraj ialah tiada
pengertian seseorang yang buruk budi pekertinya baik kepada Allah maupun kepada
lainnya dimana pada saat itu dia sedang dalam keadaan beruntung. Sehingga tiada
pengertiannya itu menyebabkan dia berkata : “Ah, seandainya apa yang saya
lakukan selama ini merupakan kemaksiatan atau dosa, niscaya Allah akan
menghentikan bantuan-NYA atau pasti saya diajukan daripadaNYA”. Ucapan seperti
ini merupakan suatu kebodohan kerana sebenarnya Allah telah memutuskan atau
mengurangi keberuntungannya, namun dia tidak merasa. Sehingga akhirnya
pada
suatu saat secara tiba-tiba dia akan terhempas dalam kehinaan.
Terputusnya dia dengan Allah atau
kedudukannya semakin jauh tapi semua itu dia tidak merasa, maka yang demikian
ini adalah merupakan suatu pertanda bahwa dia dihalangi untuk menuju
kehadiratNYA. Orang yang demikian ini telah sesat dari jalan kebaikan, yang
dalam bahasa al Qur’an didalam artinya sesat.
Diantara tanda-tanda orang yang dihinakan
oleh Allah, ada tiga iaitu :
1. Berat dan sukar menjalankan ibadah,
padahal dia sudah berusaha bersungguh-sungguh.
2. Mudah terjerumus kedalam maksiat,
padahal dia sudah sepenuh hati berusaha meninggalkannya.
3. Tertutupnya pintu hajat kepada Allah
sehingga merasa tidak perlu berdo’a dalam segala hal.
Adapun tanda-tanda orang yang mendapat
pertolongan dari Allah, ada tiga iaitu :
1. Mudah mengerjakan amal kebaikan padahal
dia tidak memiliki niat dan bukan tujuannya.
2. Berusaha melakukan maksiat, namun
selalu terhindar daripadanya.
3. Baginya selalu terbuka hajat dan
kebutuhannya kepada Allah.
Demikian tanda-tanda orang yang mendapat
taufiq dari Allah dan orang yang dihinakan oleh Allah. Kita meski bisa meraba diri,
termasuk golongan manakah kita ini. Setelah itu kita bisa meraba pula adakah
Allah mengadakan istidraj kepada kita, atau kita termasuk orang yang memang
mendapat taufiq daripada Allah. Wallahu’alam