Jumat, 23 Juni 2017

SEMANGAT YANG MENGGELORA TIDAK BISA MENEROBOS TIRAI TAKDIR




"Kekuatan semangat itu tidak bisa menembus tirai kepastian yang telah ditakdirkan oleh Allah. Oleh kerana itu tenangkanlah jiwa mu dari urusan mengatur kebutuhan duniawi. Sebab apa yang telah disanggupkan oleh selain kamu yaitu Allah, maka janganlah kamu ikut memikirkannya"



Sejak manusia ada dalam rahim ibu, Allah sudah menentukan akan nasibnya hidup di alam dunia ini yaitu, bahagia dan celaka. Kepastian yang sudah ditetapkan oleh Allah itu manusia tidak akan bisa menembus dengan semangat kekuatan yang menggelora itu. Jadi seandainya ada orang yang bercita-cita dengan semangat yang tinggi untuk bekerja atau membuat sesuatu dengan maksud agar mendapat untung atau bisa tercukupi rizqinya, maka cita-citanya itu tidak akan mampu menembus kepastian qoadrat azalinya. Sehingga dengan demikian orang tak perlu banyak berangan-angan mengenai masalah rizqinya. Sebab Allah sudah memberikan kepastian kepada hamba-hambaNya sebelum terlahir.


Disinilah perlunya bagi setiap orang untuk menenangkan jiwanya dari berangan-angan dalam masalah-masalah yang belum terjadi. Misalnya berangan-angan mengenai kebutuhan makan besok atau bulan mendatang. Sebetulnya hal itu telah ditetapkan oleh Allah sebelum manusia terlahir kedunia, baik mengenai ajalnya, rizqinya, kenikmatan dan kecelakaannya. Usaha manusia dalam hal ini tidak bisa memberi bekas apapun, sehingga tidak berfaidah sama sekali.


Ketahuilah bahwa untuk menghilangkan kerisauan angan-angan yang ada dalam jiwa kita tentang urusan yang belum terjadi itu adalah ajakan hawa nafsu. Oleh sebab itu orang haruslah ingat pada sepuluh perkara :


1. Harus mengerti bahwa sebelum manusia terlahir segalanya telah ditetapkan oleh Allah, mengenai rizqi, ajal, baik dan buruknya nasib dan lain sebagainya.



"Sesungguhnya setiap kalian itu dikumpulkan kejadiaannya didalam perut ibunya dalam empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal darah dalam empat puluh hari. Setelah itu berubah menjadi segumpal daging dalam empat puluh hari pula. Lalu diutuslah Malaikat kepadanya seraya disuruh meniupkan ruh kedalamnya serta diperintah untuk mencatat empat kalimat (ketetapan) yaitu : ditulis rizqinya, ajalnya, amalnya, dan nasibnya celaka atau bahagia".
[HR. Bukhari dan Muslim]



2. Segala urusan atau kerumitan yang menimpa pada diri kita hendaknya diserahkan sepenuhnya kepada Allah dan Allah sudah menjamin setiap hambaNya yang berserah diri.

Allah Ta'ala berfirman :


وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
[At Thalaq : 3]


3. Supaya mengerti bahwa takdir Allah itu tidak akan terpengaruh oleh suatu usaha dalam mencapai apa-apa yang belum terjadi. Sebaliknya sesuatu yang telah terjadi pada diri seseorang itu terkadang tidak terpikirkan sebelumnya.

4. Perbanyaklah waktu-waktu yang kosong untuk mengabdi kepada Allah, hingga masuk kedalam liang kubur. Sebagaimana firman Allah dalam al Qur'an :


وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ


dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).

5. Supaya mengerti bahwa jiwa dan raga manusia ini milik Allah bukan miliknya sendiri. Kerana bukan miliknya maka manusia tidak boleh mengira-ngira dirinya, sebab hal seperti itu bisa disenut ghasab. Yaitu memakai atau memanfa'atkan sesuatu barang yang bukan miliknya tanpa izin. Yang berhak mengira-ngirakan kecukupan seseorang hanyalah Allah semata.

6. Untuk mengerti bahwa Allah yang memberi rizqi kepada semua makhlukNya, dari binatang sampai kepada manusia. Sebagaimana firman Allah Ta'ala :


۞ وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).


7. Supaya mengerti bahwa Allah Ta'ala adalah Dzat yang Maha Memerintah. Semua yang ada di alam semesta ini tunduk dan patuh kepada perintahNya. Semuanya menyerahkan diri kepada Allah. Sehingga dengan demikian manusia harus mau menerima apa yang telah menjadi kebijaksanaan Allah.

8. Untuk mengerti bahwa manusia hidup di dunia ini sebagai seorang tamu Allah, pada satu saat nanti tamu itu pasti akan kembali atau pulang kerumahnya yaitu pulang kepada Allah. Sebagaimana diterangkan dalam hadist Nabi saw :


"Hendaklah engakau di dunia ini seperti seorang yang mengembara"
[HR. Bukhari]


Allah Ta'ala berfirman :


وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

 Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
[Ankaboot : 64]


9. Supaya mengerti bahwa manusia tidak mengerti akhir dari semua perkara yang terjadi. Kadang-kadang suatu perkara itu disangka baik dan bermanfa'at akan tetapi ternyata membawa kemelaratan. Begitu pula sebaliknya.

10. Dimana saja kita berada hendaknya kita takut kepada Allah dalam keadaan sepi atau ramai, dan dalam keadaan susah atau gembira. Pasti Allah akan menunjukan jalan yang lurus.

Allah Ta'ala berfirman :


فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا

Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
[at Thalaq : 2]


Ketahuilah bahwa keluarnya seseorang dari angan-angan mengenai urusan duniawiyyah yang belum terjadi dan menerima apa yang telah ditetapkan oleh Allah itu termasuk semulia-mulianya ibadah. Dan sesungguhnya mengandalkan ikhtiarnya sendiri serta angan-angannya dalam mengatur urusan duniawinya termasuk kecelakaan yang besar. Ingatlah peristiwa yang menimpa pada putra Nabi Nuh as. Dia hingga mati kafir kerana angan-angan dan aturannya sendiri, melupakan aturan Allah.

"Ketekunan di dalam mencapai apa yang telah ditanggung oleh Allah dan kelalaian di dalam apa yang telah diperintahkan kepada mu menunjukkan atas kebutaan hati kamu"




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAKUTLAH DARI ISTIDRAJ ALLAH